Senin, 12 Januari 2009

Konflik Keluarga Bisa Berpengaruh Positif pada Perkembangan Pribadi

Konflik dalam sebuah keluarga sering kali tidak bisa dihindari. Umumnya, konflik dipandang sebagai keadaan buruk dan sebagai faktor yang merusak hubungan di dalam keluarga karena itu harus dicegah.

Namun, itu tidak sepenuhnya benar. Konflik memiliki potensi menunjang perkembangan pribadi seseorang maupun perkembangan hubungan seseorang dengan pribadi lain.



Pendapat itu dikemukakan oleh Prof Dr Siti Partini dalam seminar nasional "Pengembangan Kreativitas" yang diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (3/5).

Prof Siti Partini menyebutkan, rusaknya hubungan antaranggota keluarga lebih disebabkan kegagalan memecahkan konflik secara konstruktif, adil, dan memuaskan kedua belah pihak, bukan oleh hadirnya konflik itu sendiri.

"Untuk memecahkan konflik secara konstruktif diperlukan kreativitas. Kehadiran konflik dalam hubungan antaranggota keluarga perlu dilihat sebagai suatu dinamika, sesuatu yang akan muncul dalam upaya memperoleh kesepakatan atau kesesuaian pendapat," ujar Siti.

Memperjelas pendapatnya, pengajar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY itu mengajukan beberapa contoh manfaat positif dari konflik. Akibat terjadi konflik misalnya, menyadarkan ada masalah yang perlu dipecahkan antara anggota keluarga.

"Suami ingin membeli ikan hias, istri ingin membeli anggrek. Ini menandakan adanya perbedaan kesenangan di antara keduanya yang perlu mendapat perhatian," paparnya.

Lebih lanjut Siti mengatakan bahwa konflik bermanfaat untuk mendorong melakukan perubahan dalam diri masing-masing. Jika seorang istri marah karena suami selalu meninggalkan baju kotor di kamar mandi atau membuang puntung rokok sembarangan, sudah masanya suami belajar disiplin untuk menjaga ketertiban dan kebersihan rumah tangga.

Sebaliknya, jika suami marah karena sulit mencari kaos kakinya, istri perlu lebih kreatif menemukan dan menyediakan tempat khusus untuk kaos kaki, sehingga suami mudah menemukannya.

Mengelola konflik

Setiap keluarga, lanjutnya, suatu saat pasti akan mengalami konflik dalam tingkatan yang besar maupun kecil. Namun, masing-masing keluarga mempunyai cara yang berbeda dalam mengelola konflik itu.

Hasil efektif yang memberikan rasa puas dan mungkin meningkatkan kualitas hidup dapat dicapai, melalui pengelolaan konflik secara efektif dan kreatif. Untuk itu semua anggota keluarga perlu dilibatkan, terutama pada mereka yang berpengalaman untuk membuat keputusan. Anak yang tumbuh semakin dewasa sering kali dapat membantu memberikan solusi yang memuaskan bagi keluarga.

Pembuatan keputusan hendaknya fleksibel sehingga perubahan dapat dilakukan sepanjang waktu. "Konflik dalam keluarga sesungguhnya memiliki potensi menujang perkembangan pribadi, asalkan masing-masing pihak mampu menghadapi dan memecahkan konflik secara konstruktif," tegas Siti.

Read More…

Tidak ada komentar: